Reformasi Sistem Presidensiil di Indonesia dan Amerika
Penunjukan dan Pengunduran Dirian Utusan Khusus Presiden
Sejumlah pengamat mengkritisi bahwa penunjukan utusan khusus presiden bernuansa balas budi. Sehari setelah video ejekan kasar seorang penjual minuman oleh Gus Miftah viral di media massa, Gus Miftah alias Miftah Maulana, Utusan Khusus Presiden Prabowo Subianto, mengundurkan diri. Ini menunjukkan rapuhnya sistem presidensiil yang dianut di Indonesia.
Kasus Serupa di Amerika
Di Amerika, anggota DPR Matt Gaetz juga mengundurkan diri karena berbagai kecaman atas dugaan pelanggaran seksual. Trump menunjuk Pamela Bondi sebagai pengganti Gaetz. Hal ini menunjukkan kelambatan dalam proses konfirmasi Senat.
Kelemahan Sistem Presidensiil
Pakar politik Prof. Firman Noor menjelaskan bahwa sistem presidensiil rentan karena penunjukan lebih berbasis kompensasi politik daripada merit system. Hal ini mengakibatkan ketidakstabilan dalam pemerintahan.
Efisiensi Waktu dan SDM
Di Indonesia, Presiden Prabowo telah menunjuk 110 orang dalam kabinetnya, sementara di Amerika, presiden terpilih bertanggung jawab atas ribuan jabatan yang membutuhkan konfirmasi Senat. Ini mengakibatkan pemborosan waktu.
Kelompok Oposisi
Prof. Firman Noor menyarankan penguatan kelompok oposisi dan masyarakat sipil sebagai langkah untuk memperbaiki sistem presidensiil yang rentan terhadap politik balas budi dan ketidakakuntabelan.
Kesimpulan
Pemerintahan yang efektif adalah yang mampu menyederhanakan birokrasi, bukan menambah atau memperumitnya. Reformasi sistem presidensiil sangat diperlukan demi menjaga stabilitas dan akuntabilitas dalam pemerintahan.