Natal di Tengah Kepedihan Pengungsian

Pengungsi Letusan Gunung Lewotobi: Kisah Natal di Tengah Kesedihan

Situasi Pengungsi di Desa Nawokote dan Desa Kobasoma

Puluhan pengungsi dari desa Nawokote berkumpul bersama warga desa Kobasoma menggelar ibadah malam Natal. Meski keceriaan Natal tergambar, tidak dipungkiri suasana sedih turut menggelayut bagi sebagian besar warga.

Dampak Letusan Gunung Lewotobi di Flores Timur

Dua bulan setelah meletusnya gunung Lewotobi di kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih ada ribuan penyintas bertahan di pos-pos pengungsian.

Setidaknya 10 warga meninggal dunia, dan berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) setidaknya 13.116 Jiwa mengungsi di 8 titik lokasi.

Perjuangan Pengungsi dan Rencana Pemulihan

Jumlah pengungsi terus turun seiring waktu, dan kini diperkirakan masih ada 8 ribu lebih pengungsi, baik di gedung-gedung sekolah, desa maupun tenda-tenda. Pemerintah dan berbagai lembaga bantuan kebencanaan, terus membangun hunian sementara di wilayah-wilayah yang dinilai aman, jika gunung kembali meletus kelak.

Kondisi Mental dan Kegiatan Natal di Pengungsian

Banyak warga yang belum sepenuhnya bisa menerima apa yang terjadi. Kehilangan rumah dan desa yang sudah ditinggali puluhan tahun bukan sesuatu yang mudah, dan merayakan Natal di pengungsian, tanpa mampu menghias rumah seperti biasa, juga sesuatu yang berat dijalani.

Kehilangan rumah dan desa, berarti juga kehilangan gereja. Pada pengungsi itu kini bergabung dengan warga desa di dekat lokasi pengungsian mereka dalam melaksanakan ibadah dan perayaan Natal. Lembaga sosial milik keuskupan, Caritas di Larantuka, turut membantu dengan mengirimkan imam-imam untuk memberikan misa di posko-posko.

Harapan dan Rencana Pemulihan Pasca Bencana

Caritas sudah menyusun rencana setelah masa tanggap darurat terlewati, tetap akan ada pendampingan bagi penyintas. Program telah disusun untuk masa transisi pemulihan hingga rehabilitasi dan rekonstruksi.

Perayaan Natal bersama 28 Desember diharapkan memompa semangat para penyintas untuk bangkit kembali. Karena bagaimanapun, Flores Timur dan NTT yang mayoritas warganya adalah Nasrani, memiliki berbagai tradisi sepanjang perayaan Natal.

Tradisi Natal di NTT dan Harapan untuk Masa Depan

Tradisi perayaan Natal di NTT biasanya disambut dengan hiasan rumah, pertunjukan musik fanfare, dan menu makanan khas. Meskipun situasi pengungsi masih sulit, semangat untuk merayakan Natal tetap ada.

Kemeriahan Natal di NTT akan terus terasa hingga perayaan Epifani atau Hari Raya Penampakan Tuhan. Namun, di sekitar Lewotobi, tahun ini mungkin semua itu tak akan terasa, sebab bencana telah memorakporandakan kampung halaman mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *