Pemerintah Mengejar Kerjasama Teknologi PLTN dengan Amerika dan Rusia

Saat ini, pemerintah Indonesia sedang menjajaki potensi kerja sama dengan Amerika Serikat dan Rusia terkait teknologi pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) domestik. Hal ini diungkapkan oleh Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas, Vivi Yulaswati, pada Jumat (29/11).

Tujuan Indonesia dalam Pengembangan PLTN

Pemerintah Indonesia memiliki target untuk mengoperasikan PLTN paling cepat pada tahun 2036. Hal ini sebagai upaya untuk memangkas ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, yang saat ini masih dominan dalam pembangkit listrik di Tanah Air.

Teknologi PLTN yang Dibuka untuk Indonesia

Indonesia terbuka untuk penggunaan reaktor modular kecil dan teknologi nuklir konvensional dalam pengembangan PLTN. Meskipun PLTN sering menjadi topik kontroversial karena Indonesia terletak di wilayah Cincin Api yang rentan terhadap gempa bumi, pemerintah tetap mempertimbangkan potensi penggunaan teknologi ini.

Pengadaan PLTN dan Kendala yang Dihadapi

Meskipun Indonesia masih dalam tahap menjajaki kerja sama, pengadaan PLTN masih dianggap sebagai hal yang terlalu dini. Proses pengadaan PLTN membutuhkan restu dari presiden dan pembicaraan intensif dengan mitra internasional. Vivi menyatakan bahwa perjalanan menuju pengoperasian PLTN masih sangat panjang.

Perbandingan Penggunaan Tenaga Nuklir di Asia

Data dari lembaga kajian energi, Ember, menunjukkan bahwa 30 negara, sembilan di antaranya berada di Asia, menggunakan tenaga nuklir untuk pembangkit listrik. Indonesia, dengan populasi lebih dari 275 juta penduduk, masih mengandalkan batu bara sebagai sumber energi utama.

Target Pembangunan Energi Terbarukan di Indonesia

Pemerintah Indonesia tengah membidik investor untuk membangun pembangkit tenaga energi terbarukan berkapasitas 75 gigawatt (GW) dalam 15 tahun ke depan. Namun, pendanaan masih menjadi kendala utama dalam pencapaian target ini.

JETP G7 dan Dukungan Finansial untuk Indonesia

Indonesia dijanjikan $20 miliar melalui Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) G7 yang diluncurkan pada tahun 2022. Namun, hingga saat ini hanya sedikit dana yang dicairkan, menghambat upaya pemerintah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.

Hibah dan Pinjaman dari JETP untuk Proyek Energi Terbarukan

JETP telah menyetujui hibah untuk 33 proyek dekarbonisasi di Indonesia senilai $217,8 juta. Salah satunya adalah proyek yang akan meningkatkan jumlah kendaraan listrik di Bali. Selain itu, pinjaman hingga $6,1 miliar juga telah disetujui untuk pengembangan sektor energi terbarukan di Indonesia.

Perdebatan Mengenai Suku Bunga Pinjaman

Isu suku bunga pinjaman dari JETP menuai perdebatan di Indonesia. Pemerintah menyalahkan negara-negara Barat yang belum menyediakan pendanaan lunak sesuai dengan ketentuan JETP. Meskipun demikian, proyek-proyek JETP di Indonesia diharapkan dapat segera dilaksanakan mulai tahun depan.

Kesimpulan

Pengembangan PLTN dan pembangunan energi terbarukan merupakan langkah penting dalam diversifikasi sumber energi Indonesia. Dengan dukungan finansial dari JETP dan kerja sama dengan Amerika Serikat serta Rusia, Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan ketahanan energi nasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *