Kecelakaan Pesawat Jeju Air: Penemuan DNA Bebek dan Penyelidikan Kecelakaan
Penemuan DNA Bebek di Mesin Pesawat
Pada Senin (27/1), sebuah laporan awal mengungkapkan bahwa sisa-sisa DNA unggas jenis bebek ditemukan di kedua mesin pesawat Jeju Air yang jatuh bulan lalu. Penemuan ini menjadi salah satu petunjuk dalam penyelidikan penyebab bencana udara paling mematikan di Korea Selatan.
Kurangnya Petunjuk Langsung dalam Laporan Awal
Meskipun laporan awal umumnya mencakup fakta-fakta dasar, laporan kali ini tidak memberikan petunjuk yang jelas mengenai penyebab pesawat mendarat tanpa roda pendaratan terpasang. Hal ini menunjukkan adanya kekurangan petunjuk langsung, terutama karena kotak hitam pesawat berhenti merekam empat menit sebelum kecelakaan terjadi.
Penyelidikan Kecelakaan dan Temuan Awal
Laporan yang dirilis oleh pihak berwenang Korea Selatan setelah satu bulan kecelakaan tersebut menyebutkan bahwa kedua mesin jet Boeing mengandung DNA dari Baikal Teals, sejenis bebek migrasi. Para ahli menyatakan bahwa kecelakaan udara biasanya disebabkan oleh berbagai faktor.
Insiden di Bandara Muan
Pada 29 Desember, penerbangan Jeju Air dari Bangkok mengalami pendaratan darurat di Bandara Muan dan menabrak tanggul yang berisi peralatan navigasi. Insiden ini menyebabkan tewasnya hampir seluruh penumpang dan awak pesawat.
Penyelidikan Lanjutan
Penyelidikan akan melibatkan pemerkosaan mesin, pemeriksaan komponen secara mendalam, analisis data kontrol lalu lintas udara, dan penerbangan. Selain itu, penyelidikan juga akan menyelidiki tanggul, localiser, dan bukti tabrakan burung untuk menentukan penyebab kecelakaan secara akurat.
Tabrakan Burung dan Penyebab Kecelakaan
Tabrakan burung yang menyebabkan kerusakan pada kedua mesin pesawat merupakan faktor yang jarang terjadi. Penyelidik akan mencoba menyinkronkan rekaman suara dan data untuk memahami interaksi kru dan pesawat sebelum kecelakaan terjadi.
Perekam Penerbangan yang Berhenti Merekam
Pada kasus Jeju Air, perekam berhenti merekam tepat sebelum pilot mengumumkan keadaan darurat, sehingga informasi penting untuk penyelidikan tidak tersedia. Pesawat berada pada ketinggian 498 kaki dan kecepatan 161 knot sebelum perekam berhenti merekam.
Kecelakaan yang Menyedihkan
Kejadian ini menjadi salah satu kecelakaan udara yang menyedihkan di Korea Selatan. Penyelidikan terus dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti dari kecelakaan mematikan ini.