Analisis Kinerja APBN hingga Februari 2025
Pada 28 Februari 2025, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa terjadi defisit sebesar Rp31,2 triliun atau 0,13 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Meskipun demikian, APBN masih mencatatkan keseimbangan primer dalam posisi surplus sebesar Rp48,1 triliun.
Realisasi Penerimaan Negara dan Belanja
Realisasi penerimaan negara hingga akhir Februari mencapai Rp316,9 triliun atau 10,5 persen dari target APBN. Penerimaan negara dari sisi perpajakan mencapai Rp240,7 triliun, sedangkan penerimaan negara bukan pajak (PNPB) tercatat sebesar Rp76,4 triliun. Di sisi belanja negara, hingga Februari, belanja mencapai Rp348,1 triliun atau 9,6 persen dari target total belanja tahun ini.
Disrupsi Global dan Kebijakan Trump
Situasi global yang dipengaruhi oleh kebijakan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump memunculkan ketidakpastian yang berdampak pada ekonomi Indonesia. Pergerakan nilai tukar rupiah melemah hingga Rp16.340 per USD, sementara pergerakan yield surat berharga negara juga terpengaruh. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 mencapai 5,03 persen, yang merupakan prestasi di tengah kondisi perekonomian global yang tidak stabil.
Faktor Penyebab Defisit APBN
Ekonom CORE Indonesia Yusuf Hendry menyebut beberapa faktor yang menyebabkan defisit APBN di awal tahun. Kontraksi penerimaan negara sekitar 20 persen, penyesuaian tarif PPN, dan sistem administrasi perpajakan yang belum optimal menjadi faktor utama. Harga komoditas yang turun juga turut mempengaruhi defisit tersebut.
Prospek Defisit APBN ke Depan
Meskipun defisit terjadi, prospek defisit ke depan masih belum pasti. Dampak dari program prioritas pemerintah dan kondisi perekonomian akan mempengaruhi arah defisit. Diperlukan evaluasi kinerja APBN untuk mengantisipasi potensi pelebaran defisit.
Please rewrite this sentence.









