Iptek  

G20 Didorong untuk Mengambil Langkah dalam Menanggulangi Pemanasan Global

Sebagai KTT iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, memasuki hari-hari terakhir, pertemuan tersebut semakin menunjukkan tanda-tanda frustrasi di kalangan peserta karena minimnya kemajuan dalam mencapai kesepakatan pendanaan iklim yang dianggap vital untuk mengurangi emisi dan membatasi pemanasan global. Mukhtar Babayev, presiden COP29 Azerbaijan, telah mengeluarkan seruan kepada para delegasi untuk lebih memperhatikan urgensi masalah ini.

Pendanaan iklim menjadi fokus utama negosiasi di COP29, dengan pertanyaan utama mengenai siapa yang akan membayar negara-negara miskin untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan beralih dari bahan bakar fosil. Target pendanaan yang diharapkan pada pertemuan ini mencapai lebih dari $1 triliun per tahun, sebuah angka yang banyak negara kaya enggan untuk menyetujui. Target saat ini sebesar $100 miliar per tahun yang disepakati pada 2009 baru tercapai pada 2022, menunjukkan kegagalan negara-negara kaya dalam memenuhi janji mereka.

Perwakilan Bolivia di COP29, Diego Balanza, yang memimpin blok negosiasi negara berkembang, menuduh negara-negara kaya gagal memenuhi janji mereka selama satu dekade. Dia menegaskan bahwa negara berkembang, seperti Bolivia, telah menderita dampak perubahan iklim yang sebagian besar disebabkan oleh emisi historis negara maju. Pendanaan iklim yang diberikan melalui pinjaman, bukan hibah, juga menjadi perhatian karena berpotensi memiliki dampak buruk bagi stabilitas ekonomi negara berkembang.

Namun, proses negosiasi di COP29 terlihat lambat dan banyak pengamat mengkritik hal tersebut. Mohamed Adow, direktur grup kampanye Power Shift Africa, menyebut pertemuan tersebut sebagai salah satu yang terburuk yang pernah dia hadiri dalam 15 tahun terakhir. Dia menyoroti kurangnya kemajuan dalam pendanaan iklim dan aturan seputar pasar karbon serta pengurangan emisi.

Simon Stiell, sekretaris eksekutif Perubahan Iklim PBB, juga menekankan pentingnya menghentikan ‘teatrikal’ dan fokus pada penyelesaian isu yang kurang penting untuk mencapai keputusan politik utama. Kesepakatan pendanaan iklim di COP29 diharapkan membuka jalan bagi negosiasi penting berikutnya, terutama dalam hal pengurangan emisi gas rumah kaca.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa jika tidak ada tindakan yang signifikan, dunia berisiko menghadapi pemanasan global hingga 2,7°C pada akhir abad ini, dengan konsekuensi yang katastrofik. Oleh karena itu, kesepakatan yang ambisius di COP29 sangat penting untuk mencapai target kunci dari Perjanjian Paris 2016, yaitu membatasi pemanasan global hingga 1,5°C di atas level pra-industri.

Namun, pembicaraan di COP29 juga dibayangi oleh kemenangan pemilihan presiden AS oleh Donald Trump, yang pada masa jabatannya sebelumnya menarik Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Paris. Meskipun penggantinya, Joe Biden, telah kembali masuk ke perjanjian tersebut, kekhawatiran masih ada tentang bagaimana kebijakan iklim AS akan berdampak pada negosiasi global.

Dengan berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi, para delegasi di COP29 diharapkan untuk bekerja sama secara konstruktif untuk mencapai kesepakatan yang adil dan ambisius dalam upaya mengatasi perubahan iklim. Pembicaraan dijadwalkan berakhir pada hari Jumat, namun batas waktu dapat diperpanjang jika kesepakatan masih dalam pandangan depan. Semoga pertemuan ini akan menghasilkan langkah-langkah konkret untuk melindungi planet kita dari dampak yang lebih parah akibat perubahan iklim. Please rewrite this sentence.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *