Sejak Taliban kembali berkuasa pada tahun 2021, lebih dari 300 wartawan di Afghanistan telah menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) menurut laporan yang diterbitkan oleh PBB pada Selasa (26/11). Pelanggaran ini mencakup penyiksaan, penangkapan sewenang-wenang, ancaman, dan intimidasi terhadap para wartawan.
Kondisi Media di Afghanistan
Industri media di Afghanistan mengalami penurunan tajam selama tiga tahun pemerintahan Taliban. Banyak wartawan menghadapi pelanggaran HAM dan kebebasan pers terancam. Pemantau internasional telah mengkritik Taliban atas tindakan mereka yang merugikan kebebasan pers, termasuk ancaman terhadap wartawan dan penutupan media.
Kondisi Wartawan dan Media
Studi yang dilakukan oleh Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) dan Kantor Hak Asasi Manusia di Jenewa menunjukkan bahwa wartawan dan outlet media di Afghanistan “beroperasi di bawah kondisi penyensoran dan pembatasan ketat”. Antara Agustus 2021 hingga akhir September, sebanyak 336 wartawan dan pekerja media mengalami pelanggaran HAM.
Pelanggaran yang Terjadi
Laporan tersebut mencatat 256 kejadian penangkapan dan penahanan sewenang-wenang, 130 kejadian penyiksaan dan perlakuan buruk, serta 75 kejadian ancaman atau intimidasi terhadap wartawan di Afghanistan. Kondisi ini membuat wartawan dihadapkan pada aturan yang tidak jelas dan meningkatkan risiko intimidasi serta penahanan sewenang-wenang.
Reaksi dan Tanggapan
Kepala UNAMA, Roza Otunbayeva, menegaskan bahwa wartawan di Afghanistan sering kali dihadapkan pada ketidakjelasan mengenai apa yang boleh atau tidak boleh mereka laporkan. Hal ini memperkuat risiko intimidasi dan penahanan, terutama jika wartawan dianggap mengkritik penguasa.
Sebaliknya, Wakil Menteri Informasi Hayatullah Muhajir Farahi baru-baru ini menyatakan bahwa media diizinkan untuk beroperasi asalkan menghormati “nilai-nilai Islam, kepentingan negara, budaya, dan tradisi”.
Dampak pada Industri Media
Sebelum Taliban kembali berkuasa, Afghanistan memiliki sekitar 8.400 pekerja media, termasuk 1.700 perempuan. Namun, setelah pengambilalihan kekuasaan, industri media negara tersebut mengalami penurunan drastis. Saat ini, hanya 5.100 orang yang masih bekerja di bidang media, termasuk 560 perempuan.
Indeks Kebebasan Pers
Indeks kebebasan pers Afghanistan turun ke peringkat 178 dari 122 sejak tahun 2021. Reporters Without Borders, yang mencakup 180 negara, merilis indeks tersebut sebagai gambaran kondisi kebebasan pers di seluruh dunia.
Kesimpulan
Situasi wartawan dan kebebasan pers di Afghanistan terus memperihatinkan sejak Taliban kembali berkuasa. Pelanggaran HAM yang dialami wartawan, pembatasan media, dan ancaman terhadap kebebasan berekspresi menjadi tantangan serius bagi industri media di negara tersebut. Perlu tindakan nyata untuk melindungi wartawan dan memastikan kebebasan pers di Afghanistan.