Gaya Hidup Berkelanjutan: Mengenal Eco-Enzim dan Dampaknya pada Lingkungan
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya gaya hidup berkelanjutan, pengajaran mengenai lingkungan sudah mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia dari tingkat SD hingga SMA. Salah satu praktik yang telah dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia adalah penggunaan eco-enzym, sebuah cairan ramah lingkungan yang dapat diproduksi dari limbah rumah tangga.
Asal Usul Eco-Enzim dan Peran Tini Soeharsono
Tini Soeharsono, seorang wanita berusia 64 tahun, diperkenalkan dengan eco-enzim dan manfaatnya oleh Doktor Roshukon dari Thailand. Dari pengetahuan yang diperolehnya, Tini mulai menyebarkan informasi ini ke komunitasnya di perumahan Bintaro, Jakarta Selatan. Dalam prakteknya, Tini mengajak orang lain untuk memahami pentingnya pendidikan lingkungan.
Pengajaran mengenai lingkungan ini berkembang pesat di perumahan Tini, termasuk di Kluster Kasuari yang ia ketuai. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah lomba lingkungan yang diadakan setiap tahun oleh pengembang Bintaro. Kluster-kluster yang peduli pada lingkungan, terutama yang menggunakan eco-enzim, menjadi pemenang dalam lomba tersebut.
Apa Itu Eco-Enzim?
Eco-enzim merupakan cairan serba guna yang dapat diproduksi dari fermentasi limbah kulit buah-buahan yang dicampur dengan gula dan air. Doktor Ir. Jarot Wijanarko, seorang pegiat dan pendiri Eko Enzim Nasional, menjelaskan bahwa cairan ini mengandung vitokimia, probiotik, enzim, dan asam organik. Eco-enzim memiliki banyak manfaat seperti sebagai disinfektan, pembersih, dan pengobatan luar untuk luka.
Manfaat dan Penyebaran Eco-Enzim di Komunitas
Jarot Wijanarko juga aktif membagikan eco-enzim secara gratis di kluster-kluster komunitasnya. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat mengolah sampah organiknya sendiri, sehingga mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Salah satu anggota komunitas, Muhammad Ramadhona, merasa mendapatkan manfaat besar dari penggunaan eco-enzim.
Upaya Tini dan Jarot dalam mempopulerkan eco-enzim menarik perhatian pihak sekolah, termasuk SMA Plus Pembangunan Jaya di Bintaro. Kepala sekolah, Endang Wahyuningsih, menyatakan bahwa sekolahnya telah lama mengintegrasikan materi lingkungan hidup dalam kurikulumnya.
Peran Sekolah dalam Mengajarkan Lingkungan dan Gaya Hidup Berkelanjutan
SMA Plus Pembangunan Jaya memiliki motto “Hijaukan Bumi dan Birukan Langit” (HBBL), yang menjadi pedoman dalam mengajarkan eco-enzim kepada siswa-siswinya. Tini tidak hanya mengajarkan kepada siswa, tetapi juga kepada para guru untuk kemudian diturunkan kepada siswa mereka.
Selain itu, sekolah ini juga mengajarkan muatan lokal dengan lokakarya ilmu pengetahuan dan lingkungan. Para siswa diajarkan cara bercocok tanam dengan sistem hidroponik dan penggunaan eco-enzim untuk kebersihan sekolah.
Pengaruh Eco-Enzim pada Lingkungan dan Masyarakat
Para siswa sangat senang dengan praktik lingkungan yang dilakukan di sekolah mereka. Mereka bisa melihat langsung dampak positif dari penggunaan eco-enzim dalam membersihkan lingkungan sekolah. Di sisi lain, Tini Soeharsono juga mengembangkan eco-enzim menjadi produk olahan seperti sabun dan krim kulit, yang bisa dijual sebagai produk turunan dari eco-enzim.
Dengan adanya upaya ini, diharapkan masyarakat Indonesia dapat semakin peduli terhadap lingkungan dan mempraktikkan gaya hidup berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Eco-enzim menjadi salah satu solusi yang efektif dalam mengelola limbah organik dan merawat lingkungan kita. Dengan terus mengedukasi masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat untuk generasi mendatang.