Rusia Memfokuskan Strategi di Libya: Dampak Jatuhnya Assad di Suriah
Pengantar
Tergulingnya sekondang Rusia Bashar al-Assad di Suriah telah merusak strategi Kremlin, tidak hanya untuk Mediterani, tetapi juga untuk Afrika. Hal ini mendorong Moskow untuk fokus pada Libya sebagai landasan baru di Afrika menggantikan posisi strategis Damaskus, menurut para ahli.
Perubahan Fokus Strategis
Rusia sebelumnya mengendalikan pelabuhan militer dan pangkalan udara di pesisir Suriah, yang dirancang untuk mendukung operasinya di Mediterania, Timur Tengah, dan Afrika sub-Sahara. Namun, dengan jatuhnya penguasa Suriah, prestise Rusia terkikis.
Peran Rusia di Libya
Di Libya, tentara bayaran Rusia mendukung Khalifa Haftar, seorang panglima yang menguasai wilayah timur negara itu. Mereka berperang melawan Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan didukung oleh Turki.
Peran Strategis di Afrika
Para ahli menyebut bahwa fokus Rusia pada Libya adalah untuk mempertahankan misi Rusia yang sedang berlangsung di Afrika. Pemindahan pasukan dan peralatan militer dari Suriah ke Libya menunjukkan upaya Rusia untuk memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut.
Pencarian Kontinuitas
Perpindahan pasukan Rusia ke Libya bukan hanya untuk menggantikan satu proksi dengan yang lain, tetapi juga merupakan pencarian kontinuitas dalam strategi jangka panjang Moskow untuk memperluas pijakan strategis di wilayah tersebut.
Reaksi Barat dan Persaingan Kekuatan
Pemerintah Tripoli, Italia, Uni Eropa, dan NATO mengawasi dengan ketat langkah-langkah Rusia di Libya. Rusia harus bersaing dengan kekuatan lain seperti Turki, Mesir, dan Uni Emirat Arab dalam upaya memperluas pengaruhnya di negara yang terpecah sejak penggulingan Moamer Kadhafi.
Kesulitan dalam Mencapai Ketenangan
Meskipun Rusia mencari alternatif strategis di Libya, Kremlin akan kesulitan untuk mencapai tingkat kenyamanan yang sama seperti yang diperoleh selama pemerintahan Assad di Suriah. Kehadiran Rusia di Libya akan jauh lebih terlihat dan kompleks.
Penutup
Rusia harus mempersiapkan rencana cadangan jika situasi di Libya memburuk bagi sekutunya. Dengan tantangan dan persaingan yang ada, Rusia harus bijak dalam mengelola hubungan dan kepentingannya di Libya.