Pendahuluan
Perundingan internasional untuk membatasi polusi plastik telah mencapai puncaknya di Busan, Korea Selatan. Lebih dari 100 negara telah bersatu untuk mendukung perjanjian yang akan membatasi produksi plastik, namun masih dihadapkan pada tantangan dari sekelompok negara penghasil minyak. Perdebatan sengit terjadi menjelang hari terakhir perundingan, dengan harapan bahwa perjanjian ini akan menjadi yang paling signifikan sejak Perjanjian Paris 2015.
Kesimpulan yang Belum Dicapai
Hingga saat ini, negara-negara masih berbeda pendapat mengenai cakupan dasar perjanjian tersebut. Beberapa negosiator mengungkapkan kekecewaan atas ketidakhadiran beberapa negara dalam mendukung tuntutan yang diajukan. Meskipun demikian, harapan masih ada untuk mencapai kesepakatan yang dapat memberikan perlindungan lingkungan yang lebih baik.
Tantangan dari Negara Penghasil Minyak
Sejumlah negara penghasil petrokimia, seperti Arab Saudi, menjadi penghalang utama dalam upaya untuk menargetkan produksi plastik. Mereka menggunakan taktik prosedural untuk menunda negosiasi, menyebabkan kekhawatiran akan kegagalan perundingan atau perpanjangan ke sesi berikutnya.
Masalah Produksi Plastik Global
Produksi plastik diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050, dengan mikroplastik yang telah ditemukan di udara, produk segar, dan bahkan ASI. Hal ini menunjukkan urgensi untuk mengatasi masalah polusi plastik secara global.
Kesimpulan
Perundingan internasional tentang batasan polusi plastik di Busan menjadi momen krusial dalam upaya melindungi lingkungan dan mengurangi emisi pemanasan iklim. Meskipun masih ada perbedaan pendapat di antara negara-negara peserta, harapan tetap ada untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga bumi ini agar tetap lestari bagi generasi mendatang.