Mengoptimalkan Produksi Padi untuk Swasembada Pangan 2025
Indonesia tengah berusaha keras untuk mencapai swasembada pangan pada tahun 2025. Kementerian Pertanian telah mengarahkan seluruh kegiatan dan program untuk mencapai tujuan tersebut, termasuk dalam hal produksi padi. Ketua Tim Kerja Pembinaan dan Pengawasan Sertifikasi Benih Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Happy Suryati, menjelaskan bahwa upaya mitigasi dilakukan dengan mengejar target penanaman LTT padi sebesar 1,5 juta hingga 2 juta hektare per bulan hingga April 2025.
Langkah-Langkah untuk Meningkatkan Produksi Padi
LTT (Luas Tambah Tanam) padi adalah salah satu langkah untuk meningkatkan produksi padi. Beberapa upaya yang dilakukan untuk mempercepat LTT padi antara lain adalah membuka lahan sawah baru di daerah potensial, mengoptimalkan cuaca yang mendukung seperti hujan normal dan ketersediaan air, serta menyediakan benih padi yang mencukupi. Dengan berat upaya ini, diharapkan masyarakat petani dapat menanam padi lebih produktif, bahkan hingga tiga kali dalam satu tahun.
Program Prioritas Kementerian Pertanian untuk Swasembada Pangan 2025
Selain itu, Kementerian Pertanian juga memiliki program prioritas untuk mencapai swasembada pangan pada tahun 2025. Salah satunya adalah optimasi lahan, termasuk lahan rawa seluas 360 ribu hektare dan cetak sawah seluas 750 ribu hektare di 12 provinsi, seperti Papua Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan. Kementerian juga menyediakan alat mesin pertanian (alsintan), pupuk bersubsidi, dan benih unggul sebanyak 150 ribu ton.
Proyeksi Stok Beras 2025 dan Upaya Tidak Mengimpor Beras
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), I Gusti Ketut Astawa, menyampaikan bahwa berdasarkan proyeksi neraca pangan, diperkirakan stok akhir beras pada tahun 2025 mencapai 10 juta ton. Hal ini membuat Indonesia tidak perlu lagi mengimpor beras. Hal tersebut juga menunjukkan komitmen Indonesia untuk mencapai swasembada pangan dan ketersediaan bahan pangan yang cukup bagi seluruh masyarakat.
Penetapan Harga Gabah Kering Panen dan Motivasi bagi Petani
Astawa juga mengungkapkan penetapan harga Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp 6.500 per kilogram dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras di gudang Bulog sebesar Rp 12.000 per kilogram. Hal ini diharapkan dapat memotivasi petani untuk lebih giat menanam padi. Dengan harga yang menguntungkan, petani akan terdorong untuk meningkatkan produksi padi.
Tantangan Produktivitas Beras di Indonesia
Namun, upaya mencapai swasembada pangan di Indonesia, terutama dalam hal produksi beras, juga dihadapi oleh tantangan produktivitas yang melandai sejak era reformasi. Menurut ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bustanul Arifin, produktivitas beras di lapangan masih jauh dari target yang diinginkan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lahan pertanian yang kurang optimal karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
Kurangnya Pendampingan Terhadap Petani
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi produktivitas beras di Indonesia adalah kurangnya pendampingan terhadap petani terkait penggunaan benih unggul. Meskipun sudah ada 530 varietas unggul baru (VUB) padi, namun hanya sedikit yang ditanam oleh petani. Bustanul menilai bahwa kurangnya ketersediaan penyuluh pertanian yang efektif juga menjadi penyebabnya.
Kesimpulan
Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan stakeholders terkait, diharapkan Indonesia dapat mencapai swasembada pangan pada tahun 2025. Namun, tantangan dalam hal produktivitas dan pendampingan terhadap petani masih perlu mendapat perhatian serius. Dengan kerja sama dan komitmen yang kuat, Indonesia dapat menjadi negara yang mandiri dalam hal pangan dan pertanian.